Bandung – Ratusan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) demo turun kejalan memenuhi Taman Ganesha menuju kantor rektorat ITB.
Mereka melakukan aksi demo untuk menyuarakan pendapat mereka terkait adanya pinjol di ITB untuk pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Para mahasiswa ITB tersebut tidak menyetujui akan adanya kerjasama yang dilakukan pihak kampus kepada aplikasi pinjaman online (pinjol).
Menurut pantauan sejumlah perwakilan mahasiswa mencoba bernegosiasi untuk bisa masuk dan bertemu rektor ITB terkait permasalahan adanya pinjol di ITB.
Sempat terjadi adu mulut dengan petugas keamanan yang berjaga karena melarang mahasiswa masuk. Mahasiswa yang kesal tetap melanjutkan aksinya dengan duduk disisi jalan sambil berorasi menyampaikan aspirasi. Mereka meminta pihak rektorat keluar dan menemui massa.
Di sela-sela demo mahasiswa itu, ada beberapa mahasiswa yang menyuarakan kekesalannya. Mereka adalah mahasiswa yang belum bisa membayar uang kuliah tunggal (UKT). ’
Seperti yang dikutip dari RadarBogor beberapa mahasiswa/i mengutarakan kekesalanya. Mulai dari pembangunan gedung yang belum begitu penting, hingga curhat orang tua mereka yang sudah menganggur.
“Ayah saya baru lepas status pengangguran itu tahun lalu. Jadi, uangnya belum cukup untuk bayar UKT. Kemarin sempat jual motor dan lainnya” kata Dewi, mahasiswi ITB.
Dewi mengaku sering mengajukan keringanan UKT. Berbagai syarat telah dipenuhi. Namun, hingga beberapa kali pengajuan, dia tak pernah mendapat penurunan UKT. Setiap harus membayar UKT, dia terpaksa mencicil hingga tiga kali.
Dewi sempat ditawari ikut pembiayaan lewat aplikasi Danacita. Namun, Dewi menolak. Dia tak ingin terjerat pinjol dalam bentuk apa pun untuk perkuliahan di ITB.
Menurutnya, kampus sebesar ITB seharusnya bisa membantu mahasiswa dengan cara yang benar, tidak lewat aplikasi pinjol berbunga besar.
’’Saya kesal karena banyak fasilitas juga yang dibangun, padahal belum terlalu penting. Seharusnya uang yang ada diperbantukan dulu ke mahasiswa yang membutuhkan,’’ ucap Dewi.
Terkait pinjol di ITB, Ketua Kabinet KM ITB Muhammad Yogi Syahputra mengatakan, aksi itu adalah bentuk protes mahasiswa terhadap kebijakan pembayaran UKT.
Pihaknya berharap ITB bisa memaksimalkan beasiswa dan skema cicilan UKT. Yogi juga meminta ITB menghapus opsi pembayaran UKT dengan cara dicicil lewat pinjol. Hal itu, kata dia, justru semakin menyulitkan mahasiswa.
Opsi untuk membayar perkuliahan dengan pinjaman dari Danacita ditolak karena bunga terlampau besar. Jika mengambil pinjaman Rp 12,5 juta, dalam setahun harus mengembalikan Rp 15,5 juta. ’’Bunga kisaran 20 persen dan ini sangat memberatkan,’’ tegasnya.